Dua bus rombongan siswa-siswi SMP Plus Darussalam berangkat ke Kota Blitar guna melakukan studi lapangan Sabtu pagi (09/1). Study tour yang diikuti siswa-siswi kelas tujuh dan delapan itu berdestinasikan tiga tempat tujuan, yakni Candi Panataran, Makam Bung Karno, dan Kampung Cokelat.
Berangkat pukul 06.30 pagi, dua bus pariwisata itu melaju dengan kecepatan sedang hingga tiba di destinasi pertama, Candi Panataran, pukul 10.30. Dengan kecepatan normal biasanya kota Blitar dapat ditempuh selama 3 jam dari Malang. Karena di tengah perjalanan rombongan berhenti untuk menyantap makan pagi di kawasan wisata bendungan Karang Kates, maka lama perjalanan menjadi 4 jam. Selepas makan, siswa-siswi menyempatkan diri berfoto dengan backround bendungan besar dan bukit yang memang menjadi pemandangan bagus di pagi itu.
Tiba di Candi Panatara, siswa-siswi turun dari bus sambil memayungkan buku mereka di atas kepala guna menghindari panasnya sinar matahari. Hari memang belum sepenuhnya siang, namun demikianlah cuaca Kota Blitar yang mereka rasakan, terik yang panas. Di sepanjang jalan dari parkiran bus sampai di pintu masuk Candi terdapat banyak kios yang menjajakan camilan khas, dan beberapa atribut seperti topi dan kaca mata serta pernak-pernik gantungan kunci. Namun mereka memilih untuk mendekati pedagang kaki lima yang menyediakan persewaan payung. Beberapa siswi dan guru melanjutkan masuk ke area candi dengan berpayung. Ya, mereka menyewanya cukup dengan harga Rp 3000 per payung. Murah, bukan?
Mengikuti penjelasan sang pemandu, siswa-siswi mencatat dengan cermat. Sesekali mereka memfoto obyek yang ditunjukkan sang pemandu. Candi Panataran ini terbagi menjadi dua bagian besar dan dikelilingi oleh taman yang luas. Tak selang lama, pemandu pun mengakhiri penjelasannya dan mempersilahkan siswa-siswi menikmati obyek kawasan candi sesuka hati. Foto bersama pun mereka lakukan. Serasa lupa akan terik yang panas mereka bersemangat mengelilingi tiap sudut candi dan mengambil gambar di taman.
Pukul 12.30 WIB Rombongan beranjak ke Makam Bung Karno. Dimulai dengan mengunjungi Museum Bung Karno hingga usai takziyah di makam, siswa-siswi nampaknya tidak merasa lelah. Mereka meneruskan dengan berbelanja di pasar oleh-oleh yang memang tersetting menjadi pintu keluar pengunjung makam. Beberapa siswa kompak membeli kaus kembar bertuliskan “Proklamator” di bagian depan. Kemudian mengenakannya berseragam.
Hari itu panas matahari tak sanggup diredam oleh awan. Terik masih amat panas. Di masjid yang tak jauh dari parkiran bus rombongan melaksanakan Sholat Jamak Takdim. Mereka tampak sedikit lebih cerah terkena air wudhu. Usai sholat, makan siang di restoran yang tak jauh dari masjid pun siap disantap.
Trip ke kota Blitar tak lengkap jika tidak mengunjungi Kampung Cokelat. Jalanan jelang sore itu cukup ramai dipadati kendaraan. Butuh waktu sekitar satu jam untuk sampai ke destinasi terakhir, Kampung Cokelat. Sepanjang perjalanan ini barulah tampak beberapa siswa-siswi yang terlelap. Melihat temannya yang sedang tidur agak tidak beraturan, seorang siswa yang iseng memotret dari kamera handphone-nya, bermaksud “mengerjai”, dan jika temannya itu bangun ia akan menunjukkan foto terlelap yang dianggapnya lucu itu.
Pukul 14.30 Rombongan tiba di Kampung Cokelat. Disambut baik oleh resepsionis, rombongan diarahkan ke ruang seminar. Seminar baru berjalan 15 menit terdengar suara alarm. Ternyata itu tanda bahwa Kampung Coklat akan segera tutup. Karena rombongan telah memesan terlebih dahulu, pihak Kampung Cokelat memberi tenggang waktu untuk melanjutkan seminar dan berwisata ke kedai cokelat.
Matahari tampak siap kembali ke peraduannya ketika rombongan SMP Plus Darussalam keluar dari Kampung Cokelat. Tepat di seberang parkiran bus berdiri mushollah yang cukup besar. Di sanalah siswa-siswi Sholat Jamak Takdim. Usai dzikir singkat, Ustadz Zain yang menjadi imam memimpin do’a safar, agar perjalanan pulang lancar dan selamat serta semua yang telah didapat sepanjang hari di Kota Blitar itu bermanfaat dan penuh berkah.